Tgl 14 februari jam 2 malam, seorang teman telpon memberi tahu kalau di luar hujan pasir. Saya dan suamipun segera keluar melihat keadaan. Dan ternyata benar, di luar hujan pasir lumayan deras. Emak pun ikutan keluar, dan tetangga depan rumah yang mau berangkat ke pasar ndak jadi pergi karena takut tertimbun pasir. Ada-ada saja hehe.
Sebelum tidur, saya memang sempat mendengar kabar kalau gunung Kelud yang berada di perbatasan Blitar dan Kediri meletus, tapi saya tidak menyangka kalau abu vulkaniknya bisa sampai ke Madiun. Hujan abunya lumayan deras, sampai-sampai pohon bambu di sekitar rumah saya pada ambruk. Bunyinya sampai pletak pletok mirip suara petasan. Saya kira bunyi letusan gunung kelud, eh ternyata suara bambu ambruk.
Pohon pisang pada sengkleh daunnya.
Aspalnya tertutup abu.
Rumput depan rumah, tak lagi hijau
Kerja bakti bersihin abu
Alfi dan juga beberapa anak lain nampak gembira mainan abu vulkanik. Padahal berbahaya to?
Alfi nangis minta naik Arco waktu tetangga mau ngangkut abu.
Siangnya,hujan turun deras sekali. Karena di genteng terlalu banyak abu, talangpun penuh tidak bisa menampung air. Akibatnya, rumah kami kebanjiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar