Tampilkan postingan dengan label Kampungku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kampungku. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Februari 2014

Hujan Abu Vulkanik

Tgl 14 februari jam 2 malam, seorang teman telpon memberi tahu kalau di luar hujan pasir. Saya dan suamipun segera keluar melihat keadaan. Dan ternyata benar, di luar hujan pasir lumayan deras. Emak pun ikutan keluar, dan tetangga depan rumah yang mau berangkat ke pasar ndak jadi pergi karena takut tertimbun pasir. Ada-ada saja hehe.

Sebelum tidur, saya memang sempat mendengar kabar kalau gunung Kelud yang berada di perbatasan Blitar dan Kediri meletus, tapi saya tidak menyangka kalau abu vulkaniknya bisa sampai ke Madiun. Hujan abunya lumayan deras, sampai-sampai pohon bambu di sekitar rumah saya pada ambruk. Bunyinya sampai pletak pletok mirip suara petasan. Saya kira bunyi letusan gunung kelud, eh ternyata suara bambu ambruk.

Paginya, kami lihat pemandangan yang menakjubkan di luar rumah. Semua nampak putih tertutup abu. Banyak orang yang bawa payung, karena takut kelilipan. Meskipun hujan sudah reda tapi abu yang nempel di pohon-pohon pada jatuh saat diterpa angin.

 Pohon pisang pada sengkleh daunnya.

 Aspalnya tertutup abu.
 Rumput depan rumah, tak lagi hijau

 Kerja bakti bersihin abu
Alfi dan juga beberapa anak lain nampak gembira mainan abu vulkanik. Padahal berbahaya to? 

 Alfi nangis minta naik Arco waktu tetangga mau ngangkut abu.

Siangnya,hujan turun deras sekali. Karena di genteng terlalu banyak abu, talangpun penuh tidak bisa menampung air. Akibatnya, rumah kami kebanjiran.


Rabu, 04 September 2013

Bidadari Turun Ke Sungai

Lebaran kemarin, adik dan istrinya yang asli orang Tangerang pulang kampung. Melihat air sungai yang jernih, istrinya ngajakin mencuci baju di sungai. "Hah nyuci di kali?", kata saya. "Iya, disana nyucinya juga di kali. Kalau nyuci di rumah baju putih warnanya kekuningan", jawabnya. Tapi nyucinya dititipin ke tukang cuci, jadi ndak perlu turun ke sungai sendiri.


Melihat adik dan istrinya nyuci di sungai, jadi ingat masa kecil saya. Dulu waktu sumur kami masih pakai timba, saya dan adik suka nyuci di sungai. Waktu itu sungainya bersih dan airnya jernih. Pegawai pengairannya rajin membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar sungai.

Tapi sekarang sungainya kotor sekali, dasar sungainya penuh lumpur dan sekelilingnya penuh rumput liar. Entah ngapain aja tuch pegawai pengairan jaman sekarang kok sungainya tak terawat. Bahkan rumah-rumah pengairan (Loji) yang kata orang peninggalan jaman Belanda itu banyak yang roboh karena tidak dihuni pegawai pengairan. 

Semoga untuk ke depannya ada perhatian khusus dari pihak pengairan. Karena di daerah kami, sungai punya peran penting bagi para petani untuk irigasi sawah. Kalau irigasi lancar, petani pun akan tersenyum lebar karena bisa ngirit solar. :)

 Bidadari turun ke sungai. :)

 DAM untuk pengaturan irigasi.
  
DAM yang ini dekat rumah, DAM yang besar letaknya agak jauh dari rumah. Tapi beberapa waktu lalu, putaran pengatur yang terbuat dari besi dicuri maling. Jadi sekarang sudah tidak bisa diatur lagi.

Yang ini depan rumah, airnya masih jernih tapi kanan kirinya penuh rumput. Dulu banyak yang mandi disini dan sering dimarahi, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. :)