Rabu, 04 September 2013

Bidadari Turun Ke Sungai

Lebaran kemarin, adik dan istrinya yang asli orang Tangerang pulang kampung. Melihat air sungai yang jernih, istrinya ngajakin mencuci baju di sungai. "Hah nyuci di kali?", kata saya. "Iya, disana nyucinya juga di kali. Kalau nyuci di rumah baju putih warnanya kekuningan", jawabnya. Tapi nyucinya dititipin ke tukang cuci, jadi ndak perlu turun ke sungai sendiri.


Melihat adik dan istrinya nyuci di sungai, jadi ingat masa kecil saya. Dulu waktu sumur kami masih pakai timba, saya dan adik suka nyuci di sungai. Waktu itu sungainya bersih dan airnya jernih. Pegawai pengairannya rajin membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar sungai.

Tapi sekarang sungainya kotor sekali, dasar sungainya penuh lumpur dan sekelilingnya penuh rumput liar. Entah ngapain aja tuch pegawai pengairan jaman sekarang kok sungainya tak terawat. Bahkan rumah-rumah pengairan (Loji) yang kata orang peninggalan jaman Belanda itu banyak yang roboh karena tidak dihuni pegawai pengairan. 

Semoga untuk ke depannya ada perhatian khusus dari pihak pengairan. Karena di daerah kami, sungai punya peran penting bagi para petani untuk irigasi sawah. Kalau irigasi lancar, petani pun akan tersenyum lebar karena bisa ngirit solar. :)

 Bidadari turun ke sungai. :)

 DAM untuk pengaturan irigasi.
  
DAM yang ini dekat rumah, DAM yang besar letaknya agak jauh dari rumah. Tapi beberapa waktu lalu, putaran pengatur yang terbuat dari besi dicuri maling. Jadi sekarang sudah tidak bisa diatur lagi.

Yang ini depan rumah, airnya masih jernih tapi kanan kirinya penuh rumput. Dulu banyak yang mandi disini dan sering dimarahi, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar