Senin, 30 September 2013

[Andai] Saya Jadi Anak Orang Kaya

Sejak ada teman SMP yang tidak mau main ke rumah saya (lagi) setelah tahu rumah saya jelek, sayapun menjadi minder dan tidak berani lagi mengajak teman ke rumah. Sejak saat itu, sayapun mulai suka berkhayal menjadi anak orang paling kaya di kampung saya. Seorang boss di Malaysia, punya rumah megah dan mobil Timor. Waktu itu mobil Timor masih jadi barang wah dan membuat terpana siapa saja ketika orang tersebut memilikinya.



Ya.... saya berkhayal menjadi bagian dari keluarga kaya tersebut. Setiap menjelang tidur, berkhayal menjadi pekerjaan yang mengasyikkan buat saya. Saya jadi anak orang kaya, punya banyak teman, punya kakak laki-laki dan bisa menikmati segala fasilitas yang dimiliki keluarga tersebut.

Sejenak saya melupakan kalau saya ini anak seorang buruh tani dan TKW Arab yang gajinya tak seberapa. Saya benar-benar menikmati khayalan saya sampai akhirnya saya terlelap. Dan ketika pagi menjelang, sayapun harus menerima kenyataan kalau saya ini bukan anak orang kaya itu. Tapi saya tidak kecewa, dan tetap mengulangi dan terus mengulangi khayalan tersebut.

Sampai akhirnya, emak bisa mengumpulkan sebagian gajinya untuk membangun rumah. Tahun 1997 rumah peninggalan nenek dibongkar dan dibangun lagi menjadi lebih besar dan lebih bagus tentunya. Tapi uang emak hanya cukup untuk mendirikan saja, tembok belum dipoles, lantai masih tanah, pintu dan jendela hanya ditutup triplek.

Meskipun begitu, perlahan-lahan saya  melupakan hobby berkhayal saya. Saya mulai bisa menerima kenyataan kalau saya ini anak orang biasa, bukan anak orang kaya tapi saya ingin jadi orang luar biasa. Bersyukur dengan apa yang kami miliki membuat saya percaya diri dan memiliki banyak teman yang bisa menerima saya apa adanya.

Sekarang.... saya  bangga memiliki keluarga ini. Emak yang rela pergi jauh untuk memperbaiki ekonomi keluarga kami. Bapak yang tetap setia saat berjauhan dengan emak dan yang tetap sabar menghadapi kenakalan  kedua anaknya. Suami dan putri kecil yang membuat hidup ini jadi lebih berwarna.
Sedangkan orang kaya yang pernah hadir dalam khayalan saya itu? Sekarang tidak bisa bebas makan karena penyakit diabetesnya dan sang istri harus menahan sakit hati karena sang suami menikah lagi.

Berati keluarga kami jauh lebih beruntung dari keluarga kaya tersebut ya.... Meskipun harta tak melimpah tapi tak pernah merasa kekurangan, diberi kesehatan dan bisa menikmati kebersamaan. Semoga kami tak pernah lupa untuk bersyukur, agar nikmat ALLAH semakin bertambah. Amin.

Ada bahagia di dalam rumah sederhana ini. Rumah yang dibangun dari hasil kerja emak di luar negeri. :)

Khayalan ini diikutsertakan dalam Giveaway Khayalanku oleh Cah Kesesi Ayutea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar