Setiap orang akan jatuh cinta, pertama dan satu-satunya. Seseorang akan mendobrak pintu hatimu dan mengobrak-abriknya tanpa bisa kau kendalikan. Lalu hanya akan ada satu dari dua hal yang ditinggalkannya: kenangan manis atau kenangan buruk. Keduanya sama-sama mengerikan. Mereka tidak akan pernah lepas dari ingatanmu, dari hatimu, dari setiap helaan napas yang kau ambil. Kenangan itu akan muncul di setiap kilasan lagu yang membuatmu teringat. Muncul di kilasan wajah yang kaupikir adalah dia. Muncul di sesakkan napas yang telanjur kau ambil karena memandang punggung yang mirip dengan punggungnya, atau hirupan parfum yang tercium seperti wangi tubuhnya. - Adzimattinur Siregar
Satu hal yang sampai hari ini tertanam dibenakku:
“Ingat, jangan mau dengan pria yang pernah berpacaran. Layaknya mobil, perawatan mobil bekas lebih mahal dan merepotkan ketimbang mobil baru.”
Aku bukanlah orang suci yang pantas menilai ini salah dan ini yang benar. Aku bukanlah orang yang melegalkan ataupun mengilegalkan pacaran. Bagiku pacaran hanya untuk menamainya. Masing-masing orang siapa yang berhak menilai? Hanya Tuhan.
Tapi satu yang aku yakini, pacaran tidaklah sebaik ekspektasi yang aku dan mereka jelaskan. Kalaulah aku boleh memilih aku tidak mau berpacaran, bukankah lebih baik menikah saja? Dan satu hal yang sejak hari itu hingga saat ini yang selalu aku yakini,
“Hidup dan pernikahan jangan pernah disesali, kedua-duanya akan selalu menghadirkan yang baik dan yang buruk. Bertanggungjawablah.”
Memilih itu mudah, tapi kau harus paham, memilih haruslah dengan logika, waspadalah dengan hati. Tak sedikit orang mampu bertanggungjawab dengan apa yang telah ia pilih. Kau tau? mereka orang-orang pengecut yang tak siap dengan resiko yang ia pilih.
Maaf jika kau memandang aku terlalu keras memperlakukan. Tapi yang harus kau tau, Cinta bukanlah hal yang mudah untuk dijaga. Cinta tak semudah itu, tak semudah itu.
Untuk beberapa hal, seseorang akan salah memilih. Namun jika ia memperhatikan dengan amat teliti, apa yang ia pilih akan menampakkan wujudnya. Banyak yang teronggok memperkenalkan diri sebagai berlian yang anggun. Jika kau perhatikan dengan amat teliti, berlian yang sejatinya berlian anggun tertimbun jauh dalam onggokan berlian yang menampakkan dirinya.
Bukan, bukan aku berlaku kejam pada kaum mereka, hanya saja memberi batas agar tak merasakan luka yang tak perlu. Bukan pula mengajarkan wanita menjadi keras dan kasar, hanya saja tegas dan berhati-hati dengan cinta. Karena sejatinya ada dua cinta yang tumbuh dalam hati, cinta sebenarnya cinta dan cinta yang membuai, inilah cinta buta.
Aku hanya tak ingin mengulang kesalahan yang sama tentang cinta, tentang cinta dengan kebodohan, cinta dengan janji. Kau tau? tak seorangpun bisa menjanjikan cinta! Ingat itu!!
Aku dengan pilihanku, aku akan mempertanggungjawabkan keputusanku pada Tuhanku. KepadaNya aku menggantungkan cintaku. Tuhanku Maha Tahu apa yang ada dihatiku. Kau tahu, jikalau aku bisa mundur ke masa lalu, aku tak akan memilih pacaran. Pacaran adalah kesalahan besar yang aku buat bersama pilihanku.
Bersyukur, Tuhan memisahkanku dan dia dalam jarak, dalam jarak yang menyadarkanku, tak ada yang mampu mengendalikan, membolak-balik hati, dan memastikan cinta. Hanya Dia, Dia yang akan menjaganya. Menikah adalah satu-satunya tujuanku untuk mengakhirinya. Tapi satu hal yang harus kau logikakan pula, menikah bukan perkara mudah. Menikah adalah tanggung jawab hidup dan mati, dunia dan akhirat.
Beruntung Tuhan meunjukkan bagaimana harus mencintai, beruntung Tuhan selalu mengingatkan kesalahan aku dan dia dalam mencintai. Aku tak pernah tau bagaimana akhirnya dan apa yang akan terjadi nanti. Ya kami memang bisa mengakhiri hubungan pacaran, tapi siapa yang memastikan bisa mengakhiri cinta? Tak ada. Hanya Dia.
Yang aku tau aku bersyukur dengan jarak kami, jarak yang ikut menjarakkan kami dengan kebodohan, namun tidak menjarakkan kami dengan hati.
Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk mengucap ijab kabul, Imamku.. Imamku.. Jika cinta mampu memudahkan upayaku untuk menuntunnya, aku upayakan demi Tuhanku.
Untuk cinta yang bodoh aku menyesal, tapi untuk cinta sedikitpun aku tak menyesal. Tuhanku menitipkan padaku rasa yang harus aku pertanggungjawabkan. Sia-sia aku menyesali cinta. Tak ada seorangpun yang mampu menolak cinta. Kau tau? Tuhan yang berhak menilai, Tuhan yang berhak.
Ada keburukan yang harus ditinggalkan dan ada keburukan yang harus diperbaiki. Aku bukan malaikat yang selalu benar dan baik. Bukankah mencintai itu saling?
Masih ada waktu memperbaiki diri satu sama lain, masih ada waktu.
Untuk luka yang tak perlu aku rasakan tapi masih aku rasakan,
Untuk kebodohan yang aku sesali,
Untuk cinta yang tak akan pernah aku sesali.
Berhati-hatilah dengan hati dan cinta.
Berhati-hatilah, jangan sampai kau merasakan luka yang seharusnya tak perlu kau rasakan.
Semoga aku, dia, dan kau tak akan mengulang kesalahan yang sama dalam cinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar