Minggu, 05 Agustus 2012

Bukan Pengamen Biasa

Meskipun saya tinggal di kampung, tapi kadang-kadang ada pengamen atau orang yang hanya menengadahkan tangan minta sedekah yang singgah di toko saya. Dan kebetulan, semuanya tidak mirip orang susah. Badannya masih sehat, ada juga yang dandannya [agak] menor bermodal "icik-icik" dari tutup botol. "Kok ga malu", kata beberapa orang yang kebetulan tahu.




Biasanya saya langsung kasih mereka recehan, dan merekapun langsung ngacir pergi meskipun lagu yang mereka bawakan baru sekata atau dua kata. Tapi ada satu pengamen yang membawa alat tradisional dari bambu yang bisa menghasilkan irama indah. Pengamen inipun memasang tarif satu lagu seribu rupiah dan bisa request lagu yang kita sukai. Tapi yang jelas tidak mengecewakan, karena setiap lagu diselesaikan dengan tuntas meskipun uangnya sudah dikasih duluan. 

Karena musiknya yang enak di dengar, banyak orang yang dengan ringan tangan mengeluarkan uang lembaran [bukan recehan] agar bisa menikmati musiknya lebih lama. Tapi sayangnya pengamen ini belum tentu sebulan sekali lewat daerah saya. :).

Gambar bapak itu sempat saya ambil dengan sembunyi-sembunyi. Alatnya dari bambu, unik, sederhana tapi menghasilkan suara yang beraneka ragam. Dan duduknya di dingklik yang diikat di pinggangnya. Jadi bapak itu ga perlu repot-repot angkat dingkliknya. :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar