Selasa, 13 November 2012

Menyatukan 2 Insan & 2 Adat



Adikku sayang....
Hari itu, 10-11-12 adalah hari paling bahagia untukmu 
Hari dimana kau telah mengakhiri masa lajangmu. 

Adat yang berbeda tak mampu menghentikan langkahmu. 
Syarat berat tuntutan adat tak mampu menyurutkan niatmu.
Kau tetap melangkah untuk memperjuangkan cinta sejatimu. 

Do'a kami selalu menyertaimu
Semoga kau mampu menjadi nahkoda handal untuk keluargamu
Agar menjadi keluarga Sakinah, Mawadah, Warohmah
Dan selalu mendapat ridho ALLAH swt. Amin.

Setelah melalui perjalanan panjang yang penuh rintangan dan cobaan, akhirnya adek saya bisa duduk di pelaminan bersama gadis betawi yang dicintainya. Kami yang orang jawa, mau tak mau harus mengikuti adat mereka. Meskipun berat, alhamdulillah adek saya mampu memenuhi semua persyaratannya.

Menatap deretan parcel untuk seserahan, tak terasa airmata emak menetes begitu saja. "Lha iya, anakku nikah habis biaya banyak kok aku ndak bisa bantu apa. Rasanya bahagia dan juga nelongso", kata emak. Saya tahu perasaan emak, kalau beliau nelongso itu wajar, karena beliau tidak punya apa-apa yang bisa diberikan untuk adek saya. Tapi yang jelas beliau pasti bangga dan juga bahagia anaknya mampu membiayai pernikahannya sendiri.

Bagi saya, ini pertama kalinya menyaksikan pernikahan orang betawi secara langsung, biasanya cuma lihat di TV. Mungkin karena mempelai pria dari jawa, penyambutan mempelainya tidak sama seperti di TV. Kalau di TV sepertinya ada berpantun sama pencak silatnya. Tapi kemarin tidak ada,

Ketika kami datang, grup malawis menyambut kami di gang depan dengan alunan rebananya. Emak dan bapak menggandeng adek berjalan paling depan, kemudian keluarga dan paling belakang grup malawis mengiringi perjalanan kami masuk gang.

Di depan rumah, sudah ada keluarga mempelai wanita menyambut kami. MC meminta adek maju ke depan calon mertua, kemudian calon ibu mertua menyematkan kalung bunga ke leher adek. Setelah cium tangan, kami baru diperbolehkan masuk.

Setelah kami masuk, acara selanjutnya yaitu akad nikah. Tapi sebelum akad nikah, ada sambutan dari keluarga mempelai untuk serah terima seserahan, ada pembacaan ayat suci al Qur'an, kemudian baru akad nikah.

Alhamdulillah akad nikah berjalan lancar. Adek dengan lancar mengucapkan ijab qabul dan saksi menyatakan "sah". Setelah do'a, mempelai wanita baru diperbolehkan keluar dari persembunyiannya dan boleh bersanding dengan adek. Kalau saya dulu diperbolehkan keluar menghadap pak penghulu meskipun belum di ijab qabul. Tapi ada bapak diantara saya dan suami. :).

Setelah menyelesaikan surat-surat, pak penghulunya pergi. Acara dilanjut dengan ceramah yang disampaikan oleh bapak ustad. Setelah itu acara sungkem dan ucapan selamat dari keluarga, saudara dan teman yang dihiasi isak tangis. Kenapa harus ada airmata? Mungkin karena sudah tidak ada sosok ayah diantara mereka, atau mungkin karena ada satu kakak perempuan yang belum menikah dan terpaksa dilangkahi oleh adiknya. Entahlah....

Acara sungkem dan ucapan selamat selesai, kemudian tiba acara ramah tamah. Para tamu undangan juga sudah mulai berdatangan, dan kedua mempelai beranjak menuju singgasananya alias kursi pelaminan untuk menyambut para tamu. Berdiri, salaman, foto-foto dengan tamu, duduk, berdiri lagi dan begitulah seterusnya yang mereka lakukan dari siang sampai malam.

"Anakku kalau capek piye?", kata emak mengkhawatirkan adek. Maklum H-1 adek hampir tidak istirahat karena sibuk ngurus ini itu. Tapi mau gimana lagi? Memang begitulah aturan mereka. Dan katanya jam 12 malam  mereka baru bisa istirahat diantara parcel dan kado yang belum sempat dibereskan. Kasihan....

Dan paginya.... ketika lelah belum terobati, adek harus pergi ke kampus untuk mengikuti ujian. "Apa tidak bisa ikut ujian susulan?", tanya kami. Katanya, daripada ketinggalan mending ngalahi ikut ujian hari itu juga. Ya sudah.... adek pergi dan tidak bisa mengantar kami ke Stasiun, sedangkan suami saya tidak tahu jalan. Akhirnya adek ipar nyewa travel untuk mengantar kami. Dan alhamdulillah, sebelum kami masuk, adek bisa datang menemui kami.

Tak lama kemudian, kereta kami akan segera datang dan kami segera beranjak masuk peron. "Nitip anak ibu ya...", ucap emak ketika pamitan dengan adek ipar. Setelah pamitan kamipun masuk peron. Dan beberapa menit kemudian, kereta datang dan pergi membawa kami pulang ke Madiun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar