Minggu, 02 Februari 2014

Nenek Penjual Sapu Lidi

Seorang nenek penjual sapu lidi menghampiri saya kemudian menepuk pundak saya. "Masyaallah.... saiki kok maleh lemu maleh ayu, tokomu yo maleh apik", kata nenek itu sok akrab, sok kenal sambil mengelus pundak saya. Saya yang memang tidak mengenal nenek itu, jadi Ge eR dan hanya melongo sambil senyum-senyum menjawab pertanyaan-pertanyaan nenek itu.


Rupanya nenek itu sudah sangat lama tidak liwat daerah saya. Beliau nampak kaget ketika saya beritahu kalau pemilik toko yang lama sudah meninggal. "Innalillah.... lha kowe bojone anyar to nduk (kamu istri barunya ya)?", tanya nenek itu kepada saya. Kemudian saya menjelaskan cerita yang sebenarnya dan kamipun ngobrol ngalor ngidul.

Sampai akhirnya obrolan kami beralih ke sapu lidi. Nenek itu merayu saya untuk membeli sapunya. "Setunggal pinten mbah? (satu berapa mbah?)", tanya saya iseng. "5000 nduk", jawab nenek itu. Saya sempat menawar karena ikatannya kecil-kecil. "Yowes 4000 wae nduk", jawab nenek. Sayapun beli 2 dan memberikan selembar 10 ribuan tanpa minta uang kembalian. 

Melihat wajahnya yang keriput saya kok jadi nyesek. Nenek setua itu masih semangat mengais rejeki. Berjalan kaki sambil menggendong sapu lidi menyusuri jalan dari satu desa ke desa lain. Sementara banyak orang yang masih muda tapi malah memilih pegang ecek-ecek atau hanya sekedar menengadahkan tangan untuk minta sedekah. "Yang penting usaha, ndak minta-minta", begitu kata nenek itu menyemangati diri. 

Mendengar kata nenek itu saya jadi tersentil. Saya yang tinggal duduk manis menunggu pembeli datang kok masih suka mengeluh. Sementara nenek itu, harus berjalan kaki berkilo-kilo, kepanasan, kehujanan, itupun belum tentu ada yang beli sapunya. Berati saya jauh lebih beruntung dari nenek itu ya. Jadi jangan mengeluh dan harus tetap bersyukur dengan keadaan saya sekarang. Semangat!!!!!.  

Nenek penjual sapu lidi. Saya beli 2 ikat harganya 10ribu. Padahal di toko dekat rumah harganya 2ribu/ikat. Tertipukah saya?? Saya rasa tidak. :).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar