Serrrrr….. Aliran darahku tiba-tiba cepat sekali rasanya, detak jantungku tiba-tiba tidak stabil, duduk salah, berdiri salah, tiduran salah. Lalu bagaimana?
Ya, sebuah cerita yang selalu kututup rapat. Tak siapa pun aku perkenankan menjadi tempat aku bercerita, tak terkecuali ibu. Tak biasanya, aku berhenti menyerocos ketika bertemu ibu, kawan. Tapi entah mengapa untuk yang satu ini, bibirku terunci rapat dan lidahku kelu. Jangankan aku mulai berbicara, bahkan ketika teringat saja hati ini begitu luka rasanya, dalam sekali kawan. Aku sering mempertanyakannya pada diriku sendiri, sebenarnya apa yang aku benci? Apa yang membuat hatiku luka? Tapi tetap saja kawan, jawabannya seolah jauh dari jangkauanku, sepertinya mereka tak ramah denganku atau akulah yang sebenarnya masih menutup pintu hati untuknya.
Seringkali aku teralihkan dengan bacaan-bacaan psikologi ketika aku bersemayam di zona nyamanku, toko buku. Tapi kau tau kawan, tak satupun dari buku-buku itu menjawab dan membuang ketidaknyamananku selama ini. Dan kau tau kawan, salah satu alasan mengapa aku ingin berada di lingkungan psikolog adalah karena aku ingin keluar dari area ini, aku ingin bebas dari apa yang merantai hati dan pikiranku, dan tentu saja aku ingin mampu memecahkannya secara logika. Apa mungkin aku masih terantai karena aku selalu menghindarinya bukan menghadapinya? Terkadang aku mulai bosan dan jengah. Aku ingin mengadu pada Tuhan tapi mungkin ini aduan paling bodoh yang pernah Tuhan dengar. Terkadang pula aku merasa marah, sakit, dan benci hingga aku merasa sendirian dan mulai menangis.
Entah mengapa kawan, bahkan aku tak pernah mampu menuturkannya pada siapapun, aku hanya tak ingin ini terlihat bodoh. Entahlah kawan, yang aku rasakan saat ini hanyalah masih adanya keyakinan bahwa Tuhan akan menjawab doaku, dan membebaskan aku dari rantai yang aku kelilingi sendiri tapi tak tau bagaimana melepaskannya. Aku tak tau kawan, yang pasti aku lelah dan merasa perlahan akan menyerah dan berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar