Bismillahirrahmanirrahmanirrahim,
Ini tentang adik saya, ya adik saya. Terserah dia atau orang lain mau berpikir apa tentang cara saya terhadap dia. Yang pasti saya tidak pernah berpikir mengurangi hak atau pun diktator terhadapnya. Mungkin juga saya cerewet, memaksa bukan berarti saya membangun ketiranian yang abadi kepadanya, hanya saja saya merasa filosofi keterpaksaan itu memang benar adanya kawan. “Pada awalnya terpaksa, kemudian terbiasa, dan pada akhirnya enjoy aja”.
Saya mulai aplikasikan hal semacam ini mulai duduk dibangku kuliah. Well, saya rasa sudah sangat terlambat bagi saya untuk sadar se sadar-sadarnya, tapi pada akhirnya saya benar-benar merasa dan percaya tidak utuh keterpaksaan itu buruk, value dari keterpaksaan itu toh juga untuk diri kita sendiri, bukan orang lain.
Saya pernah terkadang berimajinasi memiliki anak-anak di rumah tangga saya. Entah kenapa saya mulai berpikir bagaimana saya harus mendidik anak saya nanti? Salah satunya keterpaksaan, ingat bukan diktator ataupun tirani.
26 tahun saya jalani apa yang hadir, datang, dan pergi dalam hidup saya. Ketika mulai proses remaja dan dewasa, kau tau kawan? Proses pendewasaan itu menyakitkan. Ya, menyakitkan hati lahir batin. Tapi kau harus percaya kawan bagi siapa yang mampu melihatnya dari sisi yang terbaik dari proses yang menyakitkan itu, maka dialah kebahagiaan sesungguhnya. Seorang anak jika ia di didik dengan nina bobo, pada akhirnya dia tidak akan pernah siap bertempur dalam perang yang sesungguhnya. Seseorang yang memanjakan dirinya ketika disakiti berpaling mencari pelarian, ketika susah mencari jalan pintas. Pada akhirnya untuk hal yang lain dia kembali jatuh karena hanya lari bukannya menghadapi.
Kau tau kawan, saya pada awalnya hanya seorang anak sulung yang manja, saya mendapatkan apa yang saya ingin, orang tua saya terutama ibu hampir tidak pernah marah kepada saya. Ya beliau hanya mengomel jika saya bandel, papa saya hampir selalu membuat saya lebih tertutup dan takut karena beliau adalah orang yang keras. Kau tau kawan, Saya tidak ingin adik-adik saya, anak-anak saya menjadi apa yang pernah ada di dalam diri saya pada waktu lalu. Saya ingin adik-adik saya kuat, saya ingin adik-adik saya keras hati, bukan keras kepala, saya ingin adik-adik saya harus bisa menghadapi segala sesuatu yang ada di depannya. Apapun caranya, bagimanapun caranya saya akan berusaha asal mereka menjadi yang lebih baik dari pada. Tak apa jika pada awalnya mereka dongkol, benci, atau marah kepada saya, tapi yang pasti pada akhirnya saya hanya ingin melihat mereka bersorak dengan keberhasilannya.
Saya akan lakukan apa pun, asal mereka tidak menyesal nanti. Cukup bagi mereka menangis hari ini, bukan nanti.
Saya yakin tidak ada usaha yang sia-sia. Satu lagi pekerjaan yang harus saya selesaikan, mengarahkan pola pikir papa dan ibu saya untuk satu orang lagi adik saya, dia harus berhasil dengan apa yang dia impikan dan saya yakin, Allah telah mempersiapkannya :)
Syukran Katsiiraan Ya Rabb,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, Allah akan memberinya rezki yang tak disangka-sangka, dan Allah akan mencukupkannya (memeliharanya)”
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengadakan baginya jalan keluar, Allah akan memberinya rezki yang tak disangka-sangka, dan Allah akan mencukupkannya (memeliharanya)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar