Silvy merasakan tubuhnya dihentakkan diatas kasur, mulutnya dibekap, bajunya dilucuti, dan dalam gelap yang bisu itu, noda darah merembes dari bagian dalam kaki Silvy, menetes ke ranjang, tanda kegadisan Silvy terenggut, oleh beberapa manusia berhati iblis.”
******
Tiga jam sebelumnya
Suara dering SMS berbunyi di ponsel Silvy, dari list bernama Robby, “Sayang, aku sekarang sudah di depan rumahmu, cepat keluar ya,”
“Oke, 5 menit lagi, masih sabar kan menunggu?” balas Silvy seraya tergesah memoleskan lipgloss dibibirnya, merapikan rambutnya, membolak-balik badannya didepan cermin, tersenyum sebentar, kemudian menyabet tas kecil warna pastel digantungan.
Sesampainya didepan pintu gerbang rumahnya, didapati Robby sedang asik menikmati alunan musik -Sedang Ingin Bercinta-nya Dewa 19 di jok setir mobilnya. Lelaki yang dikenalnya lewat jejaring sosial 3 bulan yang lalu itu langsung tersenyum mendapati Silvy melongok di kaca mobilnya yang sengaja ia buka.
“Gimana, siap kan malam ini?” tanya Robby sambil membuka pintu mobil.
” Siap dong!, emang surprise apa sih sayang, jadi penasaran,” jawab Silvy agak merajuk sembari duduk disamping Robby dan memasang sabuk pengaman.
” Ada deh, kita langsung berangkat ya, ” Ucap Robby disambut anggukan Silvy. Merekapun membelah jalanan disela-sela rentetan kendaraan yang mulai memadat merayap.
Suara dentuman kembang api dan riuhan terompet mewarnai gemerlap malam itu, sebagai bentuk penyambutan pergantian tahun yang beberapa jam lagi akan berlangsung.
Sedang disuatu tempat tak jauh dari keriuhan itu, di kamar paling ujung sebuah villa kecil, terdapat tiga pemuda yang sedang asik menikmati malam pergantian tahun dengan menghisap bubuk dan lintingan daun psikotropika, serta menunggu janji dari seseorang.
Robby membelokkan mobilnya menuju jalan ke sebuah villa kecil yang malam itu terlihat temaram. Keduanya keluar dari mobil dan bergegas memasuki lobi.
Sesampainya didalam, seorang pegawai villa mengantar mereka ketempat yang sudah dipesan Robby. Sebuah ruang yang sudah didesain romantis, pencahayaan temaram dengan tempat duduk berhadap-hadapan, meja ditengahnya tertata tiga lilin menyala, dan disampingnya terdapat dua gelas minuman dan sebuah kotak kecil wadah perhiasan.
Silvy tersenyum, mendapati surprise Robby yang tak disangkanya, lelaki yang baru dua bulan memacarinya ini benar-benar membuktikan janjinya untuk memberi kejutan di malam tahun baru.
Keduanya duduk berhadapan, tatapan mata Silvy begitu berbinar,
” Sayang, ini surprise dariku, maukah kau menikah denganku?” ucap Robby mesra sambil membuka kotak perhiasan diatas meja tersebut dan mempersembahkan dihadapan Silvy.
Silvy tak mampu berucap selain senyumnya yang merekah dan kepalanya yang refleks mengangguk, tangannya diulurkan ke Robby untuk menerima sematan cincin. Hatinya sangat berbunga, menikah dengan Robby adalah hal yang paling dicita-citakan dalam hidupnya.
Keduanyapun menikmati romantisme ditempat itu sambil berpegangan tangan dengan erat, hati Silvy begitu berbunga, sedang hati Robby dalam deguban tak tentu. deguban yang ia sembunyikan dengan senyum, hingga ia pun menguatkan hatinya untuk kembali bersuara,
” Sayang, aku punya satu kejutan lagi,” desahnya di telinga Silvy. Mata Silvy memicing, raut wajahnya tampak penasaran. Sebelum Silvy sempat bersuara, tangan Robby telah menarik dengan lembut tangan Silvy untuk mengikuti langkahnya.
Silvy hanya mengikuti dengan rasa harap akan surprise kedua Robby. Mereka melewati lorong kamar, berbelok dan sampai pada kamar ujung yang pintunya tertutup.
Robby membuka pintu kamar, ruangan gelap dan sedikit hangat. Sepertinya ada manusia didalam kamar itu. Dan benar saja, ketika keduanya melangkah masuk, tiba-tiba tubuh Silvy didekap erat oleh beberapa tangan yang kekar. Tiga tangan lelaki. Silvy berusaha berontak, menjerit tapi mulutnya sudah dibekap oleh tangan yang lain.
Robby bergegas meninggalkan villa, diwajahnya tergurat senyum puas, uang puluhan juta akan segera menjadi miliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar