Jumat, 25 Januari 2013

Giveaway Senangnya Hatiku - Menjadi Seorang Ibu

Minggu malam tgl 13 januari, saya merasa kurang enak badan. Kepala pusing, hidung mulai mampet, dan tenggorokan gatal-gatal seperti mau batuk. "Besok saja kita ke tempatnya bu Bidan biar dikasih obat, dek", kata suami mengkhawatirkan keadaan saya dan juga bayi dalam kandungan saya.

Senin siang, saya masih berangkat ke toko tapi lebih banyak istirahatnya. Dan habis maghrib kami nekad berangkat ke tempatnya bu Bidan meskipun lagi gerimis. Sampai di tempat bu Bidan, kebetulan ada 2 pasien ibu hamil, jadi saya harus menunggu lumayan lama.




Setelah giliran saya masuk ke ruang bu Bidan, saya mengutarakan keluhan saya. Dan seperti biasa, bu Bidan memeriksa tensi dan juga kandungan saya. "Kok belum mapan ya mbak. Ini kepalanya masih disini", kata bu Bidan sambil meraba-raba perut saya. Bayi saya masih dalam posisi melintang, dan detak jantungnya berada di atas pusar. Saya agak kecewa dan putus asa, padahal berbagai usaha sudah saya lakukan agar bayi saya kembali ke posisi semula.

Bu bidan tidak memberi saya obat, malah memberi surat rujukan untuk USG ke RSUD Dolopo. Kebetulan hari selasa ada dokter prakteknya dan dengan memakai kartu Jampersal (Jaminan Persalinan), USGnya gratis. "Kalau ada fasilitas, kenapa tidak digunakan?", kata bu Bidan ketika saya menolak untuk USG disana, karena tidak mau ribet dengan persyaratan-persyaratan pemakai kartu Jampersal.

Dan ternyata memang benar, pakai Jampersal itu memang ribet. Untuk pendaftaran harus pakai fotocopy KK, KTP, kartu Jampersal, dan surat rujukan dari puskesmas masing-masing 3 lembar. Padahal saya tidak membawa KK, jadi suami harus pulang lagi mengambil KK kemudian fotocopy. Setelah persyaratan komplit, kami masih harus menunggu dokternya yang sedang mengoperasi pasien. Suami yang sudah jengkel gara-gara persyaratan pendaftaran, semakin jengkel gara-gara harus menunggu dokter.

Setelah menunggu lama, akhirnya tibalah giliran saya. Saya berbaring di ranjang, dan seorang suster mengolesi perut saya dengan cream. Kemudian dokter  menempelkan alat USG ke perut saya. Setelah mengetahui posisi bayi saya tetap melintang seperti USG tgl 18 desember, Dokter cantik yang nampak kalem itu sangat marah.

"Saya khan sudah memberi notes ini ke bidannya, kalau posisi tetap melintang harus segera Caesar. Lha sekarang sudah telat 2 minggu. Untung tidak terjadi apa-apa. Kalau kejang, bayinya bisa meninggal di dalam bu. Sekarang tidak usah pulang, langsung operasi", kata dokter sambil marah tanpa titik koma. Saya kaget dan langsung lemes mendengar kata dokter.

"Mas, adek harus operasi sekarang", ucap saya sambil meneteskan airmata. Suami yang juga kaget langsung memeluk saya "Jangan takut dek, memang harus begini jalannya. yang penting adek dan bayi kita selamat". Meskipun sebelumnya bu Bidan dan Dokter sudah menjelaskan ada kemungkinan saya harus Caesar, tapi tetap saja saya kaget. Karena niat saya hari itu untuk USG, bukan untuk Caesar.

"Saya tunggu di kamar bersalin ya bu", kata perawat. Dengan diantar suami, saya menuju kamar bersalin dan langsung disuruh ganti pakaian. Sementara suami mengisi surat pernyataan, beberapa orang perawat menyiapkan segala sesuatu untuk saya operasi. Pasang inpus, ambil darah untuk test laboratorium, dan memasang alat (tidak tahu namanya) di perut saya untuk memantau keadaan bayi saya. Tak lama kemudian, emak dan bapak datang. "Sing sabar ya nduk, jangan berhenti berdo'a", kata emak memberi dukungan.

Setelah semua beres, saya dibawa ke ruang operasi memakai kursi roda. Di depan kamar operasi saya lihat ada bapak & ibu mertua, paklik, kakak ipar, dan 2 keponakan. Semua mendekati saya dan memberi dukungan untuk saya. Sebelum saya masuk ruang operasi suami sempat memegang tangan saya dan berbisik "Jangan takut dek, jangan berhenti membaca al fatikhah".

Kemudian seseorang mendorong saya masuk ruang operasi. Beberapa orang terlihat sibuk menyiapkan ini itu, dan sepertinya operasi akan segera di mulai. Seorang dokter menyuntikkan obat bius di pinggang saya. Cairan dingin terasa masuk ke daerah kaki saya kemudian menjalar ke tubuh dan beberapa detik kemudian saya tidak merasakan apa-apa di tubuh saya. Saat itu saya hanya di bius lokal, saya bisa mendengar orang-orang bicara apa, tapi saya tidak tahu apa yang mereka lakukan karena tertutup tirai. "Kita mulai ya bu.... berdo'a dulu ya bu...". 

Sampai akhirnya..... "Bu bayinya perempuan, berat 2,5 kilo. Dicium dulu ya bu", kata seorang suster sambil mendekatkan bayi mungil yang masih merah ke pipi saya. "Alhamdulillah", hanya itu yang mampu terucap dalam hati dan selanjutnya saya tak mampu bersuara apa-apa. Bahkan pertanyaan dan ucapan selamat dari dokter dan krunya hanya saya jawab dengan anggukan dan gelengan kepala. Beberapa detik kemudian, baru saya dengar tangisan lirih buah hati saya.

Lega dan bahagia itulah yang saya rasakan saat itu, meskipun saya tidak bisa langsung memeluk dan memberikan ASI pertama untuk buah hati saya. Karena bayi saya segera dibawa keluar oleh perawat, dan dokter melanjutkan pekerjaannya.

Setelah operasi selesai, saya dibawa keluar dan suami sudah menyambut saya di depan pintu. "Mas, anak kita ndak apa-apa khan?", tanya saya penuh kekhawatiran kalau anak kami lahir tidak sempurna. "ndak apa-apa kok dek", jawaban suami membuat saya lega. Setelah memberikan ari-ari kepada suami dan menyelesaikan administrasi, saya dibawa ke kamar perawatan dengan tubuh masih terpengaruh obat bius. Saya melihat wajah-wajah bahagia keluarga saya. Terutama emak dan bapak yang menerima cucu pertamanya.

Peri kecil pembawa kebahagiaan dalam keluarga kami. Kami memberinya nama ALIFIA FARIZHA YAHYA (Alfi), lahir pada hari selasa 15 januari 2013 jam 14.25 di RSUD Dolopo. 

Saya yang sebelumnya tak merasakan sakitnya mau melahirkan, setelah tubuh saya terbebas dari obat bius, tiba-tiba saya merasakan sakit yang luar biasa di perut saya. Rasanya sama seperti saat saya mau keguguran. Mungkin seperti itu juga rasanya orang mau melahirkan. Tapi sesakit apapun yang saya rasakan, tak akan ada apa-apanya dibanding kebahagiaan yang saya rasakan. Kebahagiaan seorang wanita yang menjadi seorang ibu.

launching blog www.amazzet.com - giveaway senangnya hatiku
Artikel ini diikutsertakan dalam Giveaway Senangnya Hatiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar