Minggu, 13 Januari 2013

When I Learn How to Thanking

Ketika kita selalu lupa full thinking without thanking, selalu ada yang kurang dan munculnya perasaan tidak puas terhadap apa yang dipikirkan. Ibnu Sina pernah mengatakan, “bukankan jika kita menyadari sepenuhnya dan bersyukur, kita akan jangkau semua yang kita pikirkan, yang kita inginkan”.

Banyak hal dari diri saya, hal-hal dimana saya selalu banyak dan semakin banyak berpikir tanpa mensyukuri terlebih dahulu apa yang didatangkan dan dilimpahkan kepada saya. Sebagian besar adalah ketika saya sakit, dalam kesulitan, masalah, and etc, saya selalu lupa untuk bersyukur dan berterima kasih dengan-Nya. Terlepas dari itu, yang selalu muncul hanya pertanyaan-pertanyaan ini kenapa terjadi, bagaimana bisa, bagaimana menyelesaikannya, jalan keluarnya apa, dan saya harus bagaimana.

Paradigma Thingking dan Thanking pada dasarnya adalah kausal yang seimbang seperti halnya kita berpikir sembari bertindak. Mengapa? Pertama, ketika kita mulai berpikir mengenai sesuatu, secara langsung maupun tidak langsung status apa yang sedang kita pikirkan adalah penting. Bagaimana tidak, untuk sesuatu yang kita pikirkan kita akan berusaha melakukan, mengingat, memikirkan cara untuk sesuatu tersebut. Kedua, tentang apa yang kita pikirkan pasti akan berkaitan antara satu hal dengan hal lainnya baik benda, orang, ataupun sesuatu yang bersifat maya ataupun imajinasi. Ketiga, untuk kedua kausal di atas selalu dan pasti ada sesuatu di dalamnya perihal pertama Tuhan dan kedua orang lain. Inilah yang saya maksud seimbang, akan tetapi sebagian besar orang tidak menyadari pentingnya kedudukan Tuhan dan orang lain dalam hal thanking ini. 

Bukankah jika disadari terlebih dahulu baru berpikir akan lebih baik?
Bukankah bersyukur terlebih dahulu akan mendapat lebih banyak lagi?
Bukankah berterima kasih terlebih dahulu akan lebih mudah?
Ya, muliakan terlebih dahulu baru kemudian berpikir feedbacknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar