Rabu, 24 Agustus 2011

Terpesona Pada Pandangan Pertama

Waktu saya posting tentang cinta di dunia maya, ada sahabat yang bertanya (agak lupa pertanyaannya) yang intinya "apakah saya juga menemukan jodoh di dunia maya?". Jawabnya adalah cinta saya murni dari mata turun ke hati. Bukan dari FB turun ke hati lho hehe.

Nach. . . karena dulu banget saya sudah janji akan mengadakan giveaway dengan tema "CINTAKU ANTARA DUA NEGARA" jadi, mulai hari ini saya akan membuka rahasia tentang perjalanan cinta saya. Ceritanya akan saya jadikan beberapa posting dan diakhir cerita akan ada hadiah berupa piring cantik (huuu jauh-jauh dari HK hadiahnya piring). Sorry hanya kidding hikz. Sekian dulu basa basinya yak, kita kembali ke judul.


Kenapa saya pakai kata terpesona pada pandangan pertama? Kenapa ga pakai kata jatuh cinta pada pandangan pertama saja? Sengaja saya ga pakai kata jatuh cinta karena kata orang itu namanya bukan cinta tapi suka atau hanya simpati saja. Tapi bukan saya yang terpesona melainkan seseorang yang terpesona dengan gaya cuek dan tomboy saya. Siapakah orang itu?

Saya mengenalnya tahun 2000 sebulanan sebelum datang Ramadhan(tepatnya lupa). Pertemuan kami tidak ada unsur kesengajaan atau janjian. Ketemunya pun di warung rujak petis di kampung saya. Kemudian saya ajak pulang (lho maen ajak pulang saja sich mbak tarry?) eh jangan negative thinking dulu yach.

Dia itu temannya sahabat baik saya (namanya Tiwa). Waktu itu Tiwa main ke rumah saya sendirian. Biasanya sich sama Santi yang sekolah bawa motor. Seperti biasa dirumah kami becanda sambil lihat tv tanpa saya suguhi apa-apa. Bapak saya yang tahu hal itu langsung pasang taring marah-marah. "temannya datang kok ga dibelikan jajan" karena waktu itu jam makan siang, yang jelas lapar.

Karena dapat omelan dari bapak, akhirnya saya mengajak Tiwa beli makanan. Dan satu-satunya yang ada adalah warung rujak petis milik keturunan chinese yang anaknya masih perawan kinyis-kinyis (halah). Kami pilih menu mi ayam (kalau ga salah), sambil nunggu mi ayam, mata Tiwa kok ya jelalatan lihat luar. Dan teriak "hoeeee". Spontan sepeda motor yang dimodifikasi apik berhenti, seorang pemuda turun dan mendekati kami.

Saya dikenalin sama teman Tiwa itu yang ternyata anak kampung sebelah. "Tapi kok ga pernah lihat kamu yach" kata dia. Padahal waktu SMP tiap hari saya lewat kampungnya dia juga ga pernah ketemu dia. Belum jodoh kali yach.

Setelah ngobrol ngalor ngidul, pesanan kami sudah jadi. Karena Tiwa ga punya motor, dan saya pun harus pinjam motor saudara kalau mau antar Tiwa pulang, akhirnya dia menawarkan jasa ojek buat Tiwa. Ga pakai mikir lama, kamipun bilang iya. Maka dari itu, dia saya ajak pulang ke rumah. Hehe

Sampai di rumah, saya dan Tiwa langsung menyantap makanan kami. Dan dia hanya makan gorengan saja, Katanya sudah makan. Waktu itu saya cuek saja makan di depan dia. Ngapain juga malu, inikan rumah saya. (Cieh sombong euy). Tapi kecuekan saya ternyata membuat orang terpesona (hah muntah) haha.

Acara makan selesai, ngobrol basa basi sedikit, akhirnya Tiwa pamit pulang dan diantar temannya itu. Bagi saya tak ada yang istimewa dari pertemuan itu.

Hari-haripun berjalan seperti biasa sampai Ramadhan tiba. Ada yang istimewa di ramadhan dan lebaran tahun 2000. Karena ada bunda tercinta diantara kami saat itu. Setelah itu sampai sekarang belum bisa menikmati lebaran bersama bunda, wah lama juga yach.

Dan. . . . Sewaktu lebaran ke 2 (kalau ga salah) malam selepas isya'. Sepeda motor berhenti di halaman rumah saya. "Tarry ada buk?" saya yang mendengar langsung pyar pyar hati saya. Waktu saya keluar kamar, didepan pintu berdiri seorang pemuda tinggi ceking berbalut sarung dan hem rapi. Pemuda pertama dalam hidup saya yang berani bertamu malam hari.

Kira-kira siapakah pemuda itu? Tunggu kisah selanjutnya di posting yang akan datang. Xixixi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar