Kamis, 29 September 2011

Disayang & Dimanja Itu Beda

Saya dibesarkan dalam lingkungan yang sebagian warganya orang mampu. Karena hampir tiap rumah ada yang bekerja di luar negeri atau  memang keturunan orang mampu meskipun ga ada yang ke luar negeri. Dan sebelum emak kerja ke luar negeri, keluarga kami termasuk keluarga pas-pasan. Bapak sebagai tukang bangunan dan emak sebagai tukang jahit. Yang kadang-kadang harus mogok ga mau sekolah gara-gara belum punya uang buat bayar SPP. Dan sering tak mendapatkan sesuatu yang kami inginkan.

Saya masih ingat, waktu masih TK nol kecil (4 tahun). Anak-anak seumuran saya dibelikan sepeda roda 3. Saya dan adek ikut merengek minta dibelikan sepeda baru roda 3. Tapi, bukannya dibelikan malah dimarahi. Sempat nangis juga karena tidak bisa naek sepeda seperti teman-teman. Dan seakan orang tua tak memperdulikan rengekan kami.

Dilain hari, tiba-tiba bapak membawa sepeda roda 3 yang masih bagus tapi sudah karatan untuk kami. Melihat kondisi sepeda yang sudah karatan, apakah kami protes?? Tidak. Kami gembira sekali, meskipun hanya naik sepeda bekas dan tidak sebagus punya teman-teman. Sepeda itu kami pakai boncengan. Saya di depan dan adek di belakang. Setelah saya besar, saya baru tahu dari emak kalau sepeda itu lusuran dari anaknya mbah guru (sebutan untuk adeknya nenek saya). Yang sudah bertahun-tahun ga dipakai makanya karatan. Arrrrgh....Ternyata dibalik kerasnya bapak saya, tersimpan perhatian dan kasih sayang yang begitu besar buat kami.

Pernah juga waktu kelas 1 SMP, emak sudah kerja di Arab. Waktu itu saya minta meja belajar olimpic yang harganya 100ribu. Sudah tawar menawar di toko mebel, tapi bapak saya pulang tanpa membawa apa-apa. Alasannya apa?? Bapak saya minta diskon 2 kursi plastik dan tokonya ga ngasih. Sempat geregeten juga sama bapak saya. "Bapak pelit, punya uang ga mau belikan meja olimpic". Itu yang ada dalam hati saya.

Tapi beberapa hari kemudian, paklik saya datang membawa triplek dan kayu. Lalu dibuat meja belajar panjang dan ada lemarinya 2 rak. Kata paklik saya "nach sudah jadi meja belajar khan? Panjang pisan, kalau belajar bisa bareng ga usah rebutan". Kami manggut-manggut "oh iya ya, kalau meja olimpic khan harus gantian belajarnya??". Ternyata bapak memberikan apa yang kami butuhkan, bukan apa yang kami inginkan. Dan waktu saya nikah kemarin, beliau membelikan hadiah meja rias buat saya. Hikz

Sering sekali kami (yang sering sich saya) dibiarkan nangis klesetan ketika beliau benar-benar tak punya uang untuk membeli barang yang kami inginkan. Kesannya ga peduli gitu lho. Tapi begitulah cara beliau mendidik kami. Bukan berati beliau ga menyayangi kami, melainkan untuk mendidik kami agar tidak jadi anak manja.

Kebiasaan itu terjadi sampai kami beranjak besar. Ketika banyak anak seumuran kami ke sekolah naek motor. Kami dengan santainya naik sepeda. Ketika anak lain minta motor ini itu yang baru dari dealer, kami cukup bersyukur ketika orang tua kami hanya membelikan motor second untuk kami. Itupun saya sudah lulus SMEA baru dibelikan. Dan kami tidak pernah protes atau iri melihat teman lain naek motor bagus-bagus. Kami tetap mensyukuri apa yang kami punya. hehe.

Dimanja dan disayang memang 2 kata yang hampir sama artinya tapi berbeda hasil akhirnya. Setelah kami dewasa, nampak sekali perbedaannya antara mereka yang dulu dimanja dengan kami yang seolah-olah dicuekin. Sejak kami melepas status sebagai pelajar, kami sudah bisa mencari uang jajan sendiri sampai sekarang.  Anak-anak lain bisa ungkang-ungkang kaki di rumah, tapi kami belum sempat menikmati jadi pengangguran. Yach.... karena kami masih berjuang dalam menggapai impian. Kami ingin membuat orang tua bangga dan tidak sia-sia telah melahirkan kami. Kami ingin membuat beliau tersenyum dengan keberhasilan kami. Semoga tercapai. Amiiiin.

 Tarry dan Enal, 2 bersaudara yang belum sempat jadi pengangguran. Meskipun emak kami kerja di luar negeri, tapi tak membuat kami jadi anak manja yang hanya bisa minta apa-apa ke orang tua. :)

Kalau yang ini jagoan kecilnya Mbak Ketty Husnia, Razan (2tahun) dan Farhan (6tahun).

Apa hubungannya postingan ini dengan jagoannya mbak Ketty?? Posting kali ini sengaja saya bikin untuk partisipasi di acara syukuran untuk merayakan ulang tahun Razan yang ke 2, tapi dibarengin dengan kakaknya yang masih 3 bulan lagi genap berusia 6 tahun. Selamat ulang tahun yach.... semoga panjang umur, cepat gede dan jadi anak yang sholeh. Amiiin

Pesan Mbak Tarry buat Razan dan Farhan, kalau orang tua tak memberi apa yang kamu minta, bukan berati beliau ga sayang kamu tapi ga ingin kamu jadi anak manja. Kalau orang tua memintamu dapat prestasi bagus baru memberi hadiah, bukan berati beliau pelit atau ga niat memberi hadiah. Melainkan beliau ingin kamu membayar harga dari sebuah hadiah dengan prestasimu. Sehingga ada kebanggaan tersendiri ketika hadiah itu kamu dapat dari hasil kerja kerasmu (belajar). Jadi harus tetap semangat dan ga boleh ngambek kalau bunda tak membelikan apa yang kamu minta. Tapi berusahalah jadi yang terbaik dihadapan orang tua, sehingga tanpa kamu mintapun orang tua akan memberi hadiah buat kamu. Bagaimana??? Siap mencoba tips dari mbak Tarry??? hehe

Artikel ini diikutsertakan dalam acara "Bingkisan dari kami" yang diadakan oleh Mbak Ketty Husnia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar