Jumat, 09 September 2011

Story Pudding - Pernikahanku Tanpa Cincin Kawin

3 tahun lalu jodoh saya datang tanpa diundang. Dan akibatnya resepsi pernikahan saya tanpa ada persiapan matang alias serba dadakan. Waktu itu saya masih di Hong Kong dan hanya diberi cuti selama 13 hari. Karena keterbatasan waktu itulah saya meminta pada orang tua agar  pernikahan saya tidak perlu diramaikan. Nanti saja kalau saya sudah benar-benar menetap di rumah baru diramaikan. Keluarga saya dan suami setuju dengan permintaan saya itu.


Tapi kok ya ada yang ngerasani dan emak saya dengar "menikahkan anaknya kok eman (ga mau keluar biaya), paling besok-besok juga eman dan ga diramaikan". Karena mendengar suara yang seperti itu, akhirnya keluarga saya memutuskan untuk meramaikan pernikahan saya. Suami dan keluarganya yang tadinya adem ayem mendadak ikut kalang kabut setelah mendengar kabar dari keluarga saya itu. Darimana dapat uang buat meramaikan pernikahan kami? Itu yang jadi masalah di keluarga suami saya. Tapi seperti kisah di buku-buku, Allah selalu memudahkan jalan bagi umatnya yang mau menyempurnakan sebagian dari agamanya dengan menikah. Keluarga kami yang hanya punya waktu 3 minggu untuk mempersiapkan pernikahan kami itu,  tak ada halangan suatu apa. Rejeki itu datang dari arah yang tak kami sangka-sangka.

Dan waktu itu, suami saya sudah  terlanjur menyetorkan uangnya ke calo penyalur Tenaga Kerja. Dan  hanya punya uang sekitar 1 juta lebih sedikit. Kemudian di pakai buat bayar pak penghulu, ngurus surat-surat dan mas kawin, sisanya hanya sedikit. Sebenarnya saya hanya minta mas kawin uang yang berlaku saat itu (100ribu, 50ribu, 20ribu,10ribu dst). Tapi suami saya bilang kalau mas kawin itu harus senilai dengan harga 1 gram emas saat itu. Akhirnya saya manut saja.

Rencananya mas kawin hanya uang saja tapi waktu ke butik mau beli jilbab, suami saya menawari seperangkat alat sholat yang dibikin parcel khusus buat mas kawin. Saya disuruh milih, beberapa model dengan  harga bervariasi dari yang murah sampai yang mahal. Dan saya milih yang paling murah. Alasan saya karena suka warna bordir mukenanya yang pink. Sebenarnya kalau boleh jujur, bukan masalah warna tapi karena saya tahu kondisi keuangan suami saya.

Karena saya minta mas kawinnya uang yang berlaku saat itu. Jadi suami saya yang sudah menyiapkan uang 100 ribu dan 50 ribu masing-masing 2 lembar itu, harus nambah lagi uang yang 20ribu, 10ribu dan beberapa lembar serta uang koin. Setelah ngumpul semua, uang itu ditata di figura. Waktu nata adek saya masih belum kembali ke Jakarta. Jadi ikut-ikutan ngobrak abrik nata uangnya, dan sorenya dia harus meninggalkan saya. Yach.... karena tugas menunggunya di Jakarta sehingga adek saya tidak bisa menyaksikan pernikahan saya. Sedih banget tapi tetap bisa tersenyum karena dia menyempatkan diri pulang sehari untuk bertemu saya. Kalau kakak ipar saya yang di pekanbaru ga bisa hadir karena masalah biaya. Tapi ya sudahlah, suatu saat pasti kami bisa berkumpuldengan seluruh keluarga kami.

Pada hari H semua berjalan sesuai rencana, malam itu saya akan melaksanakan akad nikah. Ada saudara saya yang bertanya "Mbak ga tukar cincin ta??". Mendengar pertanyaan itu tiba-tiba hati saya gimana gitu. Saya memberi alasan basa-basi ke saudara saya itu. Padahal kalau mau jujur, suami saya tidak punya uang cukup untuk membeli cincin kawin. Apakah saya protes??? TIDAK. Sayalah yang meminta untuk tidak membeli cincin. Saya bilang "Mas ndak usah beli cincin ya, kalau beli paling ga cukup 1 juta". Suami saya mengiyakan permintaan saya itu. Dan akhirnya pernikahan kami tanpa ada tukar cincin.

 Akad nikah kami yang sederhana beralaskan tikar

Waktu itu suami saya pakai jas pinjaman, baju saya kado dari teman yang di Hong Kong. Mas kawinnya seperangkat alat sholat dan uang senilai 337.900 rupiah. Karena susah cari uang kecil-kecil jadi seadanya saja. Mukenanya saya bawa ke Hong Kong dan uangnya saya pajang di kamar rumah orang tua saya. Hanya sebesar ratusan ribu sajakah harga atas diri saya??? BUKAN!! Itu bukan harga atas diri saya, tapi itu adalah tali pengikat atas cinta kami. Bagi saya, tali pengikat pernikahan ga harus berupa cincin, apa saja bisa yang penting sesuai dengan ajaran rosul.
 Uang yang masih berlaku tahun 2008, sekarang masih berlaku apa ga ya??? Hehe, waktu itu uang 500 yang gambar monyet sudah ga ada, tapi ada penjual kelapa (masih saudara) yang  punya. Langsung saya todong. xixixi. Gara-gara salah edit via HP jadi merusak foto ini. *sedih*

 Paket paling murah tapi saya suka dengan nuansa pink nya

Dari buku yang berjudul "Kado Pernikahan Untuk Istriku" ada kata yang membuat saya nrimo dengan keadaan suami saya. "Wanita yang mulia adalah yang paling murah maharnya". Saya ingin jadi wanita mulia itu. Saya tidak ingin membebani suami saya dengan mahar yang jumlahnya besar. Saya prihatin kalau ada orang yang gagal nikah karena mahar yang dibebankan teralu besar. Apakah itu yang dinamakan bukan jodoh??? Entahlah..... itu hanya kepercayaan masing-masing daerah saja kali yach. hehe.

Setelah suami saya berangkat ke Taiwan dan menerima gaji, suami saya bilang "Dek, mas ga janji tapi nanti kalau pulang tolong diingatkan ya, bla....bla...bla". Rupanya suami saya mau membelikan perhiasan lengkap buat saya kalau sudah di Indonesia nanti. Sebenarnya mau dibelikan atau tidak, yang jelas tak akan berkurang rasa cinta ini. Cinta tak harus diwujudkan dengan benda, melainkan hati  yang merasakan yang namanya CINTA.

Tapi karena sudah ditawari ya saya bilang, "beli cincin kawin aja mas, nanti dipakai mas kawin kalau kita ijaban (lagi) ke nganjuk" (keliatan banget malu-malu tapi mau ya hihihi). Kami yang sudah berpisah 3 tahun lebih ini punya rencana mau ijab qabul lagi di depan putranya Mbah kyai Nganjuk. Pinginnya sich dinikahkan mbah Kyai tapi beliau sudah dipanggil ALLAH beberapa bulan setelah menikahkan kami 3 tahun lalu. Semoga bisa terlaksana. Aamiiiin. Karena tulisan saya ini menyesuaikan dengan judul, untuk kisah lengkap pernikahan saya (yang belum tahu) bisa lihat di sini atau yang di sini.
Semoga kisah saya ini bisa memotivasi untuk kaum Adam yang hidupnya kekurangan pas-pasan. Jangan minder untuk meminang seorang gadis. Kalau memang benar-benar siap mengarungi bahtera rumah tangga, tunjukkan kesungguhanmu. Suatu saat pasti ada gadis yang mau menerima segala kekuranganmu. Dan ALLAH akan melancarkan rejekimu.

Untuk kaum hawa yang ingin menemukan jodohnya. Jangan hanya memandang harta dan fisiknya saja, tapi lihatlah kesungguhan orang yang mencintai anda. Karena harta bukan jaminan langgengnya rumah tangga. Harta juga bisa jadi sumber rusaknya rumah tangga. Semoga kita dijauhkan dari hal-hal yang merusak. Aamiin. Teruslah mencari, karena ALLAH telah menciptakan kita saling berpasang-pasangan. Jadi ga usah khawatir kalau sampai ga kebagian hikz. Jangan percaya dengan pepatah "Jaman sudah edan kalau ga ngedan ga keduman". hehe
 
Kisah ini diikutsertakan pada "A Story Pudding For Wedding" yang diselenggarakan oleh  Puteri Amirillis dan Nia Angga. Bagi anda yang berminat silahkan klik di sini

Nb: Dengan memberi komentar di artikel ini, anda juga punya kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari mbak Puteri. Berkomentarlah yang baik, maka kesempatan untuk mendapat hadiah lebih besar hehe.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar