Selasa, 20 September 2011

Si Rambut Cepak Pakai Jilbab

Banyak yang bilang "berubah itu susah". Namun sesuatu yang saya lakukan sedikit demi sedikit dengan niat, usaha serta do'a yang tulus, ternyata mampu membawa perubahan besar pada diri saya. Meskipun hasilnya belum sempurna, tapi setidaknya saya sudah berusaha untuk menjadi yang lebih baik dari waktu ke waktu. 
 Coba perhatikan gambar ini, ada yang kenal????

Yach....inilah saya bertahun-tahun yang lalu, sebelum saya menghadap pak penghulu. Saya yang tomboy, yang ndablek, yang keras kepala, yang suka ngotot, dan masih banyak lagi sifat jelek yang saya miliki. Tapi yang jelas, bukan negeri beton yang merubah saya seperti ini. Melainkan sudah dari kecil saya tomboy.

Ketika lihat rambut cepak saya waktu kelas 2 SMEA (sebelumnya agak panjang dikit) Bapak saya  bilang  "kenapa ga digundul sekalian  saja???".  Emak saya bilang "kowe ki cah wedok, mbok dipanjangin rambutnya". Paklik saya bilang "bocah wedok kok kaya gitu ajar-ajarannya siapa????". Tapi saya tidak peduli, dan tetap enjoy dengan gaya tomboy saya.

Pernah ada cowok naksir saya dan saya menjawab "aku mau jadi pacarmu asal jangan minta untuk manjangin rambutku".  Pernah juga dicuekin calon mertua, gara-gara beliau ga suka dengan rambut pendek saya. Tapi Pacar saya yang lain bilang "Dek aku suka dengan gaya Tomboy mu". Dan yang berhasil merayu saya untuk manjangin rambut hanya sang mantan pacar (suami). Tapi ga bertahan lama karena saya masuk PT mau ke Hong Kong dan syaratnya harus berambut pendek. Weleh-weleh pacarnya berapa sich??? xixixi.

Waktu terus berlalu dan sifat ini pun saya bawa sampai ke Hong Kong. Ada sahabat namanya Ena, yang menyuruh saya untuk berubah. Dia bilang  "kalau kamu mau berubah, apapun yang kamu minta aku berikan". Namun hati saya  tidak goyah dengan iming-iming hadiah. Saya tetap pertahankan ke'tomboy'an saya tanpa ada keinginan untuk melakukan perubahan. Bertahun-tahun hal itu saya lakukan sampai akhirnya saya memutuskan untuk menikah demi membahagiakan orang tua. Beberapa bulan sebelum menikah saya sudah mau manjangin rambut atas keinginan calon suami saya.

Dan  tanggal 26 Juni 2008, saat suami saya mengucap "saya terima nikahnya...." (dengan bahasa arab) di depan mbah Kyai. Saat itu juga tubuh saya bagai dihantam batu puluhan kwintal. Hati saya benar-benar tersentuh. Mungkin ini teguran dari Allah atau Allah telah memberi hidayahNya untuk saya???. ENtahlah....

Mulai saat itu juga, ada keinginan untuk berubah, Berubah bukan karena suruhan suami atau orang lain. Tapi saya ingin berubah dari hati kecil saya sendiri. Keputusan saya waktu itu sangat menyakiti hati seseorang, tapi saya yakin keputusan ini benar. Berat.... itu yang saya rasakan ketika awal saya mengharapkan satu perubahan dalam hidup saya. Saya harus kehilangan orang-orang yang selama di Hong Kong mengisi hari-hari saya. Yach mungkin inilah resiko atas keputusan yang saya ambil. 

Meskipun saya harus kehilangan teman-teman saya yang dulu, tapi tak sedikitpun saya merasa sepi. Masih ada beberapa sahabat termasuk Ena, yang mau menemani hari-hari saya. Dan ketika saya sudah berubah dengan rambut sebahu, saya nagih hadiah ke Ena. Dapat hadiah apakah saya???? Ternyata hadiahnya sudah hangus tidak berlaku lagi xixixi. Tapi saat saya ulang tahun pernikahan yang pertama, Ena memberi giwang emas mungil sebagai kado pernikahan untuk saya (telat). Mulai saat itu, telinga saya dihiasi sepasang giwang sederhana tapi sangat berharga. Padahal sudah bertahun-tahun ga pernah dihiasi giwang. hikz

Waktu terus berlalu, hingga suatu hari hati saya terpanggil untuk memakai jilbab. Kira-kira 2 tahun yang lalu. Orang pertama yang saya kasih tahu adalah suami saya. Selama ini, suami saya membiarkan saya jadi diri sendiri dan tak pernah menyuruh saya untuk memakai jilbab. Tapi ketika saya bilang "Mas, adek pingin pakai jilbab". Isak tangisnya terdengar di seberang sana. Yach.... suami saya menangis karena terharu. Andai saya ada di depannya pasti saya melihat senyum di bibirnya. Suami saya begitu membanggakan saya, meskipun belum mampu jadi istri yang sempurna tapi selalu nampak sempurna di matanya.

Atas dukungan suami, sahabat dan keluarga, saya mampu melakukan perubahan. Meskipun belum mampu jadi seorang muslim yang taat, setidaknya saya telah berusaha dan akan terus berusaha menjadi yang terbaik untuk suami saya dan orang-orang tercinta. Dan dibalik jilbab ini, rambut cepak itu sekarang sudah sepinggang. Dan akan saya persembahkan untuk suami saya tercinta. Yang sama sekali belum pernah melihat rambut panjang saya. Terakhir ketemu waktu nikah rambut saya baru sebahu. hehe.

Semoga saya mampu mempertahankan ini semua dan tidak jadi korban mode. Berjilbab bukan karena ikut-ikutan trend masa kini, tapi karena suatu kewajiban sebagai muslim. Terima Kasih Ya ALLAH..... Engkau masih mengijinkan aku berjalan di jalanMU. Dan saya berharap, teman-teman saya dulu, juga segera mendapat hidayah dari ALLAH. Amiiiiin


Saya yang sekarang, yang mampu melakukan perubahan, yang selalu optimis menatap masa depan tanpa menjadikan masa lalu sebagai penghalang tapi menjadikan sebagai pelajaran. "LEBIH BAIK JADI MANTAN PREMAN, DARIPADA JADI MANTAN ORANG BERIMAN"

















 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar