Kamis, 22 September 2011

Ibu Kangen Kamu Nak!!!

Posting kali ini saya akan bercerita tentang TKW yang gagal jadi TKW (lho?). Biasanya saya khan cerita tentang TKW yang katakanlah sukses meskipun yang bersangkutan selalu mengelak kalau di bilang sukses. Sehingga label Kisah Sukses saya ganti menjadi Kisah Perjuangan TKI. Karena labelnya di ganti, maka yang akan saya ceritakan juga campur. Ya yang sukses.... ya yang gagal..... akan saya tulis semua. Kalau ada cerita sukses, mungkin bisa jadi motivasi, kalau ada kisah gagal mari kita jadikan pelajaran agar kita tidak melakukan hal yang sama.

Vava (bukan nama sebenarnya) adalah seorang TKW, yang merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Mereka anak yatim yang berasal dari Pacitan Jawa Timur. Ibu dan adiknya tinggal di rumah kontrakan yang berada di kota Reog Ponorogo. Boleh dibilang mereka ini masuk kelas ekonomi menengah ke bawah. Yang buat makan saja (mungkin) susah.

Vava dulu satu PT dengan saya dan berangkat ke Hong Kong beberapa minggu lebih dulu dari saya. Saya ga kenal dia tapi pernah dengar nama dia dari beberapa teman dan juga staff. Kontrak pertama, Vava kerja pada majikan miskin pas-pasan tapi sangat baik sekali dengan gaji biasa/separo dari UMR. Masalah pekerjaan tidak pernah di komplain dan sudah di anggap seperti keluarga sendiri

Beberapa waktu di Hong Kong, Vava yang punya majikan baik itu mulai bertingkah. Dia bergaul dengan para Lesbian dan dia pun terseret masuk ke dalamnya. Dia mulai melupakan  keluarganya. Jangankan kirim uang, telpon saja hampir tak pernah. Gaya hidupnya pun berubah layaknya para Lesbian yang lain. Semua harus ber merk, demi menjaga gengsi di depan teman-temannya.

Vava yang hanya menerima gaji biasa itu terang saja keteteran. Lha wong gaji seminggu ga cukup buat beli celana satu. Kebanyakan teman-temannya sudah tahunan kerja di Hong Kong jadi gajinya sudah full dan untuk mendapatkan celana seharga $700up rasanya bukan sesuatu yang sulit. Yach... begitulah Vava melalui hari-harinya.

Seorang teman yang kebetulan kenal dengan keluarga Vava, merasa prihatin dengan keadaan Vava. Teman inilah yang kadang kirim uang atau telpon keluarga Vava. Sedangkan Vava sama sekali tak ingat kalau punya Ibu dan Adik di Indonesia. Ibunya sampai kurus mikirin anak gadisnya ini.

Hingga akhirnya, Vava finish 2 tahun. Karena majikannya ga mampu memberi gaji full, sang majikan menyuruhnya cari majikan lain dan mengijinkan dia tetap kerja sampai dapat majikan baru. Rupanya Vava sudah ga bisa berpikir secara waras. Vava bukannya cari majikan tapi malah milih jadi Overstay. Saat jatah tinggal di Hong Kong sudah habis, Majikan dan agennya masih berusaha membantu mencarikan surat dokter buat Vava. Mikirnya agen, telat memperpanjang visa karena sakit, pasti imigrasi bisa memaafkan.

Tapi yang namanya orang sudah ga bisa mikir waras, Vava bukannya menyambut gembira pertolongan itu tapi malah ga mau datang ke agen buat ngurus perpanjangan visa. Saat itu saya dan Pimpinan PT (Bu Sofi) yang kebetulan datang ke Hong Kong sempat ketemu dia di Bundaran air mancur Victory bersama gank nya yang rambutnya merah kuning hijau kelabu (balonku ada lima) hikz. Dan Bu Sofi berusaha membujuknya agar kembali ke agen ngurus visa. Vava hanya menunduk kelihatan nyesel banget sampai nangis pula. Bu Sofi sempat kasih uang $100 buat makan katanya.

Dan besoknya kami baru tahu kalau Vava hanya mengeluarkan airmata buaya. Ternyata sama saja, Vava ga mau ke agen dan dengan tanpa dosa uang dari Bu sofi dipakai buat beli rokok dan nraktir temannya. *ngelus dada*. Bu Sofi hanya melongo merasa kena tipu oleh Vava. Tapi ya sudahlah.... nasi sudah menjadi bubur.

Waktu terus berlalu, Vava tetap menjalani hidup sebagai Overstay. Sementara ibunya di Indonesia sudah mulai sakit-sakitan karena mikirin Vava. Ibunya pesan ke temannya agar telpon pulang, Ibunya kangen pingin bertemu Vava. Tapi Vava tak bisa berbuat apa-apa. Mau pulang juga ga bisa, kecuali menyerahkan diri ke polisi dan yang pasti harus di penjara dulu baru bisa pulang Indonesia. 

Sampai akhirnya, sang ibu memejamkan mata untuk selamanya. Yach.... ibunya di panggil ALLAH. Ibunya menghembuskan nafas terakhirnya sebelum sempat bertemu Vava. Saya dan teman-teman yang lain ikut merasakan pedihnya hati seorang ibu yang terlupakan oleh anaknya. Dan Vava hanya bisa diam membisu seperti menyesali perbuatannya. Penyesalan yang terlambat, kini ibunya sudah tak mungkin kembali lagi.

Beberapa lama kemudian, saya dengar kabar kalau Vava sudah tertangkap dan di penjara. Dan akhirnya pulang Indonesia. Pulang kemana??? Entahlah, Vava sudah tak punya siapa-siapa selain adik semata wayangnya. Di Ponorogo mereka hanya pendatang karena di Pacitan tak ada saudara yang bisa dimintai tolong. Seorang gadis pulang dari Hong Kong tanpa bawa apa-apa malah berstatus mantan napi. Menyedihkan sekali bukan????

Lama saya tak mendengar kabarnya eh tiba-tiba ada teman yang bilang Vava sudah sampai Hong Kong lagi. Katanya lewat jalur Singapore. Saya heran, kok masih bisa ya??? Lha buktinya bisa, tapi saya belum bertemu langsung dengan Vava. Jadi tidak bisa memastikan kebenaran kabar ini. Kalau memang Vava kembali lagi kesini, saya hanya bisa berdo'a semoga Vava bisa mengambil hikmah dari apa yang sudah terjadi dan bisa berubah jadi lebih baik. Amiiiin.

Dari kisah ini, mengingatkan kita eh saya sendiri agar hati-hati dalam memilih teman. Dengan siapa kita bergaul secara tak langsung akan membentuk karakter kita. Berteman dengan penjual minyak wangi kitapun ikut wangi, berteman dengan penjual sate, kita pun akan ikut bau sangit. Berteman dengan Lesbi kita pun akan ikut..... belum tentu ikutan lesbi lho. Semua tergantung diri kita masing-masing. Meskipun berteman dengan lesbi kalau iman kita kuat pasti tidak ikut terseret. Bisa jadi para lesbi yang terseret ikut jadi baik. Amiiiin.
Dan satu lagi, yang namanya orang tua ya tetap orang tua. Orang yang telah melahirkan kita. Jadi jangan sampai melakukan hal seperti Vava. Kalau bisa "BAHAGIAKAN ORANG TUA SELAGI MEREKA MASIH ADA". "Kalau orang tua sudah tidak ada bagaimana???". Tetaplah berusaha menjadi apa yang diharapkan oleh beliau dan Selalu kirim doa untuk beliau yang sudah tiada. Yakinlah, di atas sana mereka pasti tersenyum melihat keberhasilan anak-anaknya. Semangat!!! 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar