Sabtu, 03 September 2011

Tak Kenal HP dan Internet

Di postingan yang berjudul Taman Ria maospati Jadi Saksi sudah saya ceritakan kalau ada 2 insan yang mengikrarkan janji untuk saling mencintai dan menyayangi.  Bagaimana kelanjutan kisahnya??? Hayo dibaca..... hehe

Beberapa hari setelah kami jadian, hari libur lebaran selesai dan saya mulai beraktifitas kembali sebagai siswa kelas 3 SMEA yang sebentar lagi akan ujian akhir. Waktu saya sekolah dulu, puasa dan lebaran libur full. Jadi sebulan lebih saya tidak bertemu dengan teman gank terutama Santi dan Tiwa. Saat ketemu mereka berdua saya belum cerita kalau saya jadian sama sahabatnya yang dulu dikenalin ke saya. Tapi yang namanya barang busuk disimpan kayak apa pasti ketahuan juga. Hikz. Mereka langsung histeris gembira sekali setelah tahu saya jadian sama temannya.


Ceritanya waktu itu belum ada HP dan internet seperti saat ini. Sehingga komunikasinya hanya saat ketemu saja. Dengan tidak adanya HP, malah sering ada kejutan-kejutan kecil yang membuat saya benar-benar merasa diperhatikan. Misalnya, tiba-tiba dia sudah nongkrong di tempat saya nunggu bus, kadang dia ada dibelakang dan  mengiringi saya naek sepeda. 

Dulu saya sekolah naik sepeda sampai jalan besar dan ke Madiun naik mobil jemputan alias bus. Setelah sepeda saya titipkan, baru saya dibonceng naik motor diantar ke sekolah. Kenapa kok ga di jemput dari rumah??? Karena dia cuma sempat ngantar, ga bisa jemput. Itu pun tidak setiap hari, hanya kadang-kadang saja. Maklum, meskipun umurnya 5 tahun lebih tua dari saya tapi dia pengacara pengangguran banyak acara. Kok saya mau pacaran sama pengangguran??? Entahlah hehe

Waktu terus berlalu, hubungan kami baik-baik saja. Meskipun bertemunya hanya seminggu sekali (malam minggu) tapi rasa sayang buat dia semakin bertambah dan bertambah. Saya yang terluka karena sang mantan, perlahan mulai melupakan apa yang telah terjadi di masa lalu. Dan yang lebih membahagiakan, bapak saya hanya diam dengan kehadirannya setiap malam minggu. Biasanya kalau ada cowok datang ke rumah pasti saya di introgasi dan ada kesan tidak suka gitu dech. Tapi yang satu ini diperlakukan lain daripada yang lain. Pernah sich, 2 kali bapak memarahi saya di depan dia. Yang secara tidak langsung juga memarahi dia karena kesalahan saya. Malu banget rasanya, tapi dia bersikap biasa dan tidak menyerah begitu saja.

Pernah juga dia mau dihajar adek saya yang waktu itu masih kelas 1 STM. Yach namanya juga anak kecil yang tidak tahu urusan orang dewasa *halah sok gede*. Mungkin adek sering mendengar kabar, ada  yang terpaksa nikah gara-gara yang itu tuch.... Maka dengan gagahnya adek saya berdiri di depan dia. Karena tinggian adek saya jadi dia harus ndongak. Setelah debat beberapa saat, mereka damai. Saya hanya nangis sejadi-jadinya sambil pegang tangan mereka berdua. Sempat saya dengar sumpah dari mulut arjuna saya "Aku seneng ama mbakmu beneran, bukan untuk main-main. Kalau sampai aku merusak mbakmu, nyawaku taruhannya". Wah makin kenceng saja saya nangisnya. Hehe. 

Oh iya, waktu dia apel pertama kali setelah jadian dia malah pakai celana jeans bolong dengkulnya. Gila, saya langsung marah-marah dan menyuruh dia pulang ganti celana. Hikz kejamnya saya. Dan waktu pertama kali saya diajak kerumah dia, saya langsung mlongo ga percaya. Rumah dia ternyata mewah (mepet sawah) kanan dan depan ada sawah, kiri dan belakang rumah saudara. Dan jalan selebar 1 meter menuju kerumahnya itu adalah jalan favorit saya waktu SMP. Tapi saya tidak pernah lihat dia tuch hehe. Kesan pertama datang ke rumah dia, Ibunya langsung suka ke saya. Kalau bapaknya EGP, kakaknya Oke. Pokoknya semua baik ke saya. Inilah rahasianya kalau pingin dapat nilai plus dalam hubungan. Jangan hanya mencintai kekasih anda tapi cintai juga keluarganya.

Sampai akhirnya saya lulus SMEA, sama-sama jadi pengangguran. Jadi waktunya lebih banyak untuk bersama sambil  Kursus Menjahit juga sich. Waktu itu ada tetangga pulang dari Jakarta dan nawari saya ikut ke Jakarta. Yang katanya kerjanya OKE gajinya juga lumayan, ga perlu ke Luar negeri. Saya tergiur dan mengutarakan niat saya ke dia. Tapi bukan dapat ijin malah terjadi keributan. Dari situ dia merasa terpukul "Aku laki-laki, tapi ga mampu mencukupi kebutuhan orang yang aku cintai. Masa kamu yang harus kerja???". Dan entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba dia pamit mau ke Malaysia. Tadinya saya yang mau meninggalkan dia, eh jadi dia yang akan meninggalkan saya.

Kami sempat menikmati indahnya kebersamaan selama setahun. Setelah itu, 3 januari 2002 dia pergi meninggalkan saya ke Malaysia demi masa depan kami. Airmata tak sanggup saya bendung saat dia pergi. Biasanya selalu bersama dan  dimanja tiba-tiba saja harus sendiri lagi. Saya melanjutkan kursus menjahit sendiri. Lumayan sich ada kesibukan jadi tidak terlalu stres dengan kepergian dia.

Dan waktu itu juga belum punya HP apalagi internet, untuk komunikasi saya harus ke rumah tetangga untuk menerima telpon dia. Itupun hanya sesekali dalam sebulan. Dia bisa mencari saya tapi saya ga bisa mencari dia. Jadi hanya bisa menunggu dan menahan rindu.  Kalau pacaran jaman sekarang??? Ga di telpon sehari atau telat bales inbox saja pasti sudah mencak-mencak yach. Lain sekali dengan pacaran saya jaman dulu. hehe.

Nach.....ketika kami berjauhan dan dengan keterbatasan alat komunikasi,  apakah kami mampu bertahan???? Tunggu kisah selanjutnya di posting yang akan datang hehe


Tidak ada komentar:

Posting Komentar