Rabu, 07 September 2011

Tradisi Suap-Suapan saat Resepsi Pernikahan

Si banci kontes  neng Orin  lagi ngadain GiveAway untuk memperingati hari jadi pernikahannya yang pertama. Tadinya saya ga tahu tapi Mbak Susi yang woro-woro karena lihat foto pengantin saya. Dan sayapun langsung ke TKP,  ternyata kontesnya tentang foto keluarga. Boleh sama suami atau sama keluarga (adek, kakak, bapak, emak dll). Dan uniknya, foto yang diikutkan tidak boleh  yang sama pacar/tunangan apalagi selingkuhan. Widiiiih salut banget sama aturannya ini hehe.


Sejujurnya, saya mulai kenal sampai nikah dengan suami sudah hampir 11 tahun. Tapi yang namanya foto berdua, selain foto pengantin saya tidak punya sama sekali. Karena suami saya paling ga suka yang namanya foto apalagi jaman dulu tidak ada HP yang bisa jepret-jepret dimananpun berada. Jadi dengan terpaksa senang hati dan bangga saya akan pamerin foto pengantin saya untuk partisipasi di acaranya si banci kontes. hikz.


Saya ngemutnya sendok kenceng banget takut ditarik (lagi) sebelum kena jepret camera. hihi

Di kampung saya (mungkin daerah lain juga sama), kalau resepsi pernikahan pasti ada tradisi suap-suapan (bukan suap pakai uang itu lho ya). Yang wajib tuch suap-suapan nasi kuning. Kalau kue tart ga wajib, tapi saat ini banyak juga yang sudah mulai pakai tart ketika resepsi. Saya aja yang katrok gara-gara di luar negeri mulu hikz.

Waktu itu malam sebelum resepsi, suami saya yang kebetulan tidak mau pulang ke rumahnya sendiri mulai saya datang dari Hong Kong. (Sebenarnya tidak boleh yach) Seharusnya dipingit ga boleh ketemu sebelum resepsi pernikahan. Tapi karena waktu kami singkat jadi anggap saja boleh. Sehingga suami saya yang seharusnya di rumahnya sendiri dan ngurusi teman-temannya malah ngumpet di rumah saya hihihi. Dan ketika selesai ijab qabul, gayane ikut pulang bersama keluarganya. Tapi tengah malam balik lagi ke rumah saya. Tapi kami sudah sah menurut agama karena sudah ijab siri. Jadi ga dosa khan???? *halah kok jadi keluar dari topik hikz*

Karena sudah tahu kalau pas resepsi ada suap-suapan nasi kuning, malam itu suami saya pesan "dek, besok nek nyuapin dikasih lauk telur yach, emoh aku nek cuma nasi tok".  Ada-ada saja, suami saya itu. Dan pas tiba acara suap-suapan, saya pun dengan susah payah ambil telur yang diiris panjang-panjang. Kok susah ambilnya??? Yach selain tangan saya keder karena dilihat banyak orang, piringnya juga gede dan pernik-perniknya banyak pula. Jadi berat ngangkatnya, tapi lumayan ringanlah karena diangkat berdua. 

Setelah makan, tentunya harus minum donk. Karena tidak ada persiapan gelas, jadinya minum pakai Aqua gelas dan disuruh pegang berdua. Sialnya suami saya pegangnya kekencengen, jadinya airnya muncrat kena baju saya. Spontan tukang rias dan undangan yang lihat langsung "gerrrrrr" menertawakan kami. Haduh, mungkin wajah saya sudah merah hijau kuning waktu itu. Tapi cuek saja hehe

Nach setelah ganti baju, waktunya potong kue tart. Lagi-lagi kita disuruh suap-suapan (seperti foto diatas). Kali ini suami saya bikin ulah lagi. Karena waktu nyuapin saya, buru-buru diturunin tuch tangannya padahal photografernya belum bilang oke. Akhirnya harus mengulang lagi adegan suap-suapan kuenya. Ada yang nyeletuk "hahaha pengantin lakinya minta tambah". Kelaparan kali makanya minta tambah. Dan lagi-lagi saya hanya bisa tersenyum nahan tawa dan malu. Sebenarnya banyak kejadian lucunya waktu resepsi kami. Tapi karena menyesuaikan kisah dengan photo jadi cerita yang lain disimpen dulu. hikz

Kalau menurut saya pribadi, seluruh prosesi pernikahan itu punya makna sendiri-sendiri. Seperti halnya suap-suapan, mungkin tujuannya  agar suami istri bisa saling memberi dan menerima. Apa yang dimakan istri ya itu yang dimakan suami. Ada..... ya dimakan bareng kalau ga ada, ya...... nahan laper bareng. Eh.... nggak dink, istrinya harus tetap makan dulu donk. *mau menang sendiri* hikz.

Kisah saya dibalik foto ini diikutkan dalam acara 1st GiveAway-sweetest memories yang diadakan oleh  neng Orin. Selamat ulah tahun pernikahan yang pertama. Semoga dengan bertambahnya usia pernikahan tak membuat cinta mereka berkurang. Dan semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Amiiiin.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar