Minggu, 02 Oktober 2011

Dari Arab Sampai Ke Hong Kong

Posting yang lalu saya sudah bercerita tentang Vava, TKW yang Gagal Jadi TKW. Dan kali ini saya akan bercerita tentang kakak keponakan saya sendiri. Seorang TKW yang belum bisa jadi TKW sukses meskipun sudah berkelana dari Arab Saudi, Abu Dabbi dan saat ini jadi TKW Hong Kong.

Mbak misiyatun atau biasa dipanggil Situn, adalah seorang wanita lulusan SD yang dari kecil sudah terbiasa kerja keras untuk membantu ekonomi keluarga. Mbak Situn mengawali kariernya sebagai pembantu rumah tangga di kota dengan gaji beberapa puluh ribu rupiah. Dari gajinya yang tak seberapa itu, Mbak Situn bisa membantu membiayai hidup keluarganya yang terdiri dari nenek, bapak, ibu, 2 adek dan 1 keponakan (anak almarhum kakaknya).


Setelah Beberapa tahun jadi pembantu rumah tangga di kota, tiba-tiba ada keinginan pergi keluar negeri. Dan Arab Saudi yang jadi tujuannya. Beberapa tahun di Arab, tak ada perubahan fantastic dengan ekonomi keluarganya. Maklum gaji di Arab waktu itu (belum krismon) sekitar 1,2 juta. Tapi kedua adeknya bisa menyelesaikan pendidikan sampai SMA dan bisa memperbaiki rumah orang tuanya.

Dari Arab Saudi, sempat pindah kerja di Abu Dabbi. Hingga akhirnya, mbak situn menemukan jodohnya. Masih satu kampung dan yang aneh, suaminya yang seorang pegawai lapangan di telkom itu adalah orang yang dia benci (dulu). Tapi yang namanya jodoh tak akan lari kemana. Mereka menikah dan Mbak Situn pergi lagi ke Abu Dabbi. 2 tahun disana, pulang membawa uang yang cukup buat membangun rumah mungil di atas tanah warisan milik suaminya.

Dan kebahagiaan mereka seakan lengkap dengan tumbuhnya benih cinta di perut mbak Situn. Tak ada yang istimewa saat masa kehamilan. Namun masalah datang saat bayi yang sudah waktunya lahir itu tidak juga mau keluar. Setelah menginap di rumah bersalin seorang bidan hampir 2 hari, mbak Situn dibawa ke Rumah Sakit Umum Madiun. Berbagai usaha telah dilakukan, tapi sang bayi juga tak mau keluar. 

Akhirnya dokter memutuskan untuk operasi Cesar. Di saat darurat seperti itu, pihak rumah sakit masih menanyakan punya uang 6 juta untuk biaya melahirkan apa ga??? "Apakah kalau tidak ada uang 6 juta bayi itu tidak akan dikeluarkan???". Astagfirllah....Dokter yang seharusnya jadi penolong terpaksa bertindak kejam karena terikat oleh aturan-aturan. 

Paklik saya yang waktu itu ada di rumah sakit, tanpa pikir panjang lebar menyanggupi biaya operasi yang sekian juta itu. Padahal saat itu tidak pegang uang sama sekali. Setelah ada persetujuan dari keluarga, operasi segera dilakukan dan bayi munguil laki-laki lahir dengan selamat. Alhamdulillah..... dan keluargapun mencari pinjaman uang. Mungkin rejekinya si bayi, dengan mudahnya paklik saya mendapat pinjaman uang dari saudara. Dan administrasi  rumah sakit bisa terselesaikan.

Waktupun terus berlalu, setelah sang bayi mulai beranjak besar. Mbak Situn terpaksa meninggalkannya pergi ke Abu Dabbi lagi. Selain demi masa depan anaknya, Mbak Situn juga ingin melengkapi rumah mungil mereka yang saat itu belum dipoles dan masih kosong blong. Beberapa tahun disana, Mbak Situn pulang. Dan rumahnya sudah dipoles layaknya rumah-rumah yang lain. Tapi namanya orang kalau sudah biasa di luar negeri, apalagi hasil kerja di luar negeri tidak di manage dengan baik dan hanya mengandalkan gaji suami rasanya kok tidak cukup.

Mbak Situn pun mulai kaya cacing kepanasan pingin kembali ke luar negeri lagi. Tapi saya bilang, jangan ke Arab lagi. Kalau memang mau kerja lagi ke Hong Kong saja, gajinya lebih banyak. Awalnya Mbak Situn takut, "kalau nunggu lama bagaimana?? Kalau ga bisa bahasanya bagaimana??? Kalau begini begitu dll". Tapi saya meyakinkannya, "kamu pasti bisa dengan bekal bahasa Inggrismu (yang amburadul)" dan saya memberikan alamat PT milik salah satu agen di Hong Kong kepadanya.

Akhirnya, dengan modal ga yakin tadi, sekarang mbak Situn sudah jadi TKW Hong Kong dan telah menyelesaikan kontrak pertamanya dengan gaji full padahal perjanjian awal gajinya underpay (separo). Mbak Situn yang  waktu baru datang ke Hong Kong dikatain tol*l oleh agennya itu sekarang jadi TKW kesayangan meskipun selalu bertengkar dengan nenek (mertuanya mom). Dan diminta nambah kontrak lagi untuk merawat anak majikan yang saat ini berumur 3 tahun dan bayi berumur 1 tahun. Dan Insyaallah, nopember tahun ini juga cuti untuk merayakan ulang tahun anaknya yang ke 10. Yach, bocah yang dulu saya gendong masih merah itu sekarang sudah kelas 4 SD. Makin terasa kalau saya ini tua hihihi.

Banyak diantara kita termasuk saya, takut menghadapi sesuatu yang baru. Merasa tidak mampu, tidak bisa, tidak yakin, atau apalah yang membuat kita tidak percaya diri dan mengaku kalah sebelum mencoba. Padahal kalau kita mau mencoba dan sungguh-sungguh, kita pasti bisa. Seperti halnya mbak Situn yang tadinya merasa tidak mampu untuk jadi TKW Hong Kong ternyata juga bisa dan saat ini sudah menguasai bahasa Cantonis meskipun masih kurang lancar. "Lebih baik jadi orang gagal, daripada tidak pernah gagal karena tidak pernah melakukan apa-apa".

 Mbak Misiyatun 34 tahun, yang seakan tak pernah lelah mengais rejeki di negeri orang. Demi masa depan buah hatinya.

 Novit Andreas Pratama, putra semata wayangnya dan juga keponakan tersayang saya. Yang dari lahir sampai sekarang (kadang-kadang) selalu menghabiskan uang untuk berobat. Bocah 10 tahun ini kekebalan tubuhnya kurang baik sehingga akrab dengan penyakit, sampai ganti nama segala. Tapi alhamdulillah semakin besar semakin membaik. Meskipun penyakitan, bocah ini cerdas sekali. Dan beberapa bulan yang  lalu dibelikan seperangkat komputer (second hand) sebagai hadiah atas kecerdasannya. Semoga jadi anak sholeh,  berguna bagi keluarga dan bangsa amiiin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar