Senin, 17 Oktober 2011

Teman Di Awal Perjuangan

"Tut tuuut tut tuuut"  terdengar nada sambung dari seberang sana.

Beberapa detik kemudian, "wai, assalamualaikum" sapa teman saya, Nanda di seberang sana. Pakai salam mentang-mentang saya yang telpon.

"wa'alaikumsalam. wai lei ho, hari sabtu libur apa ndak? Ketemu yuk", Jawab saya.

Setelah basa-basi sebentar, kami menutup pembicaraan karena dia mau masak. Dan keputusannya, hari sabtu ketemuan di kantornya ce Ester, teman kami yang kerja di agen. Dan saya juga telp ce ester mengabarkan rencana kedatangan kami. Takutnya kami pas datang beliau tidak ada di tempat.



Sabtu pagi, hp saya bergetar, "wai, tima??" saya angkat bicara.

"Gimana jadi apa ga?, takutnya aku udah kesana ternyata ga jadi" tanya dia memastikan.

"ya jadilah, aku masih ngepel, terus mandi terus berangkat" jawab saya.

"Oke, setengah 10 ya" kata dia, dan saya mengiyakan.

Saya segera menyelesaikan tugas dan jam 9 saya melangkahkan kaki keluar rumah, menuju toko Indonesia. Rencana mau beli gorengan atau kue. Tapi saat lihat-lihat rak nasi kok ada nasi pecel, ya sudah sekalian ambil 3 bungkus. Saya membayar belanjaan saya yang hanya beberapa puluh dolar tapi dapat 2 kresek makanan. Kalau di tempat lain ya ndak boleh alias lebih mahal. *bilang saja lagi ga punya duit* xixixi.

 Rak nasi, yang menunya sangat menggiurkan dan sesuai dengan isi dompet. hikz

Karena saya pakai acara belanja dulu, si Nanda nya sudah sampai duluan dan beberapa kali telpon. "Dimana???" dan saya selalau jawab, "sebentar masih jalan, tenang, 10 menit naek Teng-teng nyampai kok". Dan saya tidak bohong seperti yang tertulis di artikelnya Kakaakin yang berjudul Era ponsel-era berbohong lho.  Naiknya teng-teng memang 10 menit, tapi ditambah jalan dan nunggu teng-tengnya datang jadinya setengah jam baru bisa ketemu. hehehe.

Setelah bertemu, kami langsung menuju kantor Ce Ester yang jaraknya lumayan jauh dari MTR tempat saya ketemu Nanda. Sepanjang jalan, baunya amis. Karena daerah saya Seung Wan, memang terkenal dengan makhluk laut yang dikeringkan, seperti sirip paus, ikan asin, abalone dll. Ada Western market, yang kata orang (bukan kata saya) juga pusatnya barang-barang tersebut. Mau beli??? Kesini aja..... hehehe.

Singkat cerita, kami sudah ada di kantor Ce Ester. Ngobrol ngalor ngidul, sekali-kali bernostalgia pada jaman remaja (emange sekarang sudah tua??). Sambil ngobrol, saya dan Nanda  makan nasi pecel. Karena Ce Ester sudah sarapan jadi ga ikut makan.
 
 Saya dan Nanda, teman di awal-awal perjuangan saya di Hong Kong

Saya dan Ce Ester, Saya mengenalnya tahun 2003 di PT Surabaya. Sekarang sudah jadi staff agen di Hong Kong. 

Waktu ngobrol tentang kepulangan saya dan rencana-rencana saya, kok sepertinya mereka ga yakin dengan saya ya??? Mereka bilang "Halah pasti setelah punya anak balik ke Hong Kong lagi". Ibu pemilik agennya juga bilang gitu. Arrrrgh benarkah hidup di Indonesia itu susah?? Sampai-sampai banyak orang yang rela meninggalkan anaknya yang masih kecil untuk kembali ke Hong Kong (lagi). Entahlah, saya sendiri tidak tahu.....

Karena di kampung saya punya rencana buka usaha makanan tapi bukan restauran lho ya. Ce Ester kasih saya alamat kursus  memasak yang ada di Surabaya. Ini alamatnya http://www.kursustristar.com/. Katanya, kursus disana bisa dibantu ngurus Surat Ijin usahalah, menyediakan alat-alat membuat kuelah, ada sertifikatnyalah dan fasilitas-fasilitas lain yang bisa mendukung usaha kita. Yach, Insyaallah saya akan coba kalau pulang nanti. Hehehe.

Meskipun banyak orang yang meragukan tekad saya untuk jadi Ibu rumah tangga dan seorang pengusaha di Indonesia. Namun harapan saya, setelah meninggalkan Hong Kong kali ini, saya tidak akan menginjakkan kaki saya ke Hong Kong lagi sebagai pembantu. Kalau sebagai turis itu harus (amin). Ucapan adalah do'a, kalau kita yakin pasti tidak ada yang tidak mungkin bila ALLAH menghendaki. ^_^.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar